Selama ini, kebanyakan manager berpedoman pada prinsip-prinsip managemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengontrolan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
Tetapi di dalam menghadapi cepatnya perubahan ekonomi dan mengatasi lingkungan bisnis yang penuh dengan persaingan dewasa ini, dengan hanya menjalankan keempat prinsip tersebut tidaklah cukup. Manager perlu mengubah posisinya sebagai seorang manager yang baik menjadi seorang pemimpin yang baik.
Secara umum, pemimpin dan manager tak berbeda di dalam usaha melaksanakan tugasnya. Keduanya berpedoman pada prinsip-prinsip manajemen dalam menjalankan tugasnya. Tapi ada hal yang mendasar yang membedakan pemimpin dan manager.
Mengubah Sifat
Bennis dan Nanus, dua orang pakar manajemen, dalam bukunya “Leaders” , membuat perbedaan antara manajer dan pemimpin. Manager menjalankan tugasnya dengan benar, sementara pemimpin melakukan sesuatu yang benar.
Sedangkan Stephen Covey, pengarang “The 7 Habits of Highly Effective People“, menggambarkan, manager mencari cara yang paling efisien untuk mencapai tangga sukses, sedang pemimpin menentukan apakah tangga yang dinaiki berada pada tembok yang benar.
Covey memberikan ilustrasi yang jelas mengenai perbedaan manager dan pemimpin. Dalam usahanya membuat jalan menembus hutan yang lebat, seorang manager memberi petunjuk bawahannya cara yang paling efisien menebang pohon yang ada. Sedangkan seorang pemimpin tak hanya memberi tahu bawahannya cara yang paling efisien dalam menebang pohon, tapi dia juga memanjat pohon yang tinggi untuk melihat apakah pohon-pohon yang ditebang bawahannya itu menuju arah yang benar.
Manager dewasa ini diharapkan mengubah sifat dan kebiasaannya. Tidak saja menjalankan tugas dengan benar, melainkan juga mempunyai pandangan ke depan (vision), apakah tugas yang ada itu memang benar perlu dilaksanakan.
Dalam bukunya “The Leader-Manager”, William D. Hewitt, mengatakan, ada 4 tipe manager, tipe korban (victim), tipe pemimpi (deamer), tipe pelaksana (doer), tipe pemimpinmanager (leader-manager).
Dinamakan tipe korban karena manager tipe ini kurang kreatif dalam gagasan dan pelaksanaan tugasnya. Manager tipe ini takut akan perubahan dan menghabiskan banyak waktu untuk menentang. Mereka takut menjadi korban seandainya perubahan memang harus terjadi di dalam organisasinya.
Manager dengan tipe pemimpi mempunyai banyak gagasan, tetapi tidak tahu bagaimana mencapai gagasan tersebut. Manajer tipe ini lama kelamaan cenderung menjadi manajer yang suka berandai-andai.
Manager dengan tipe pelaksana mempunyai sifat kurang kreatif dalam gagasan, tapi mampu melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Manager tipe pelaksana selalu menunggu petunjuk dan bimbingan dalam melaksanakan tugasnya.
Tipe terakhir, tipe pemimpin manager. Manager tipe ini mempunyai pandangan ke depan (visionary), banyak gagasan dan tahu bagaimana mencapainya. Manager tipe ini mampu membimbing dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai gagasannya.
Tipe terakhir inilah yang dibutuhkan untuk mengatasi cepatnya perubahan dan lingkungan usaha yang makin bersaing. Manager yang mempunyai sifat seorang pemimpin, yang mempunyai banyak gagasan, tidak sekadar membawa organisasi ke arah yang sudah ditentukan, melainkan juga berani berinisiatif membawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam usaha mengatasi cepatnya perubahan ekonomi, dan persaingan bisnis yang semakin keras.
Untuk menjadi seorang pemimpin, dengan hanya mempunyai gagasan saja tidaklah cukup. Dalam usahanya membawa perubahan di dalam organisasi untuk mencapai gagasan tadi diperlukan kerja sama dengan kelompoknya. Mendapat dukungan dari kelompoknya merupakan hal yang utama pimpinan dalam mencapai sukses. Ini tidaklah mudah, terutama di jaman sekarang, di mana kita terperangkap dalam lingkaran setan.
Cepatnya perubahan ekonomi dan ketatnya persaingan, menyebabkan banyak organisasi terpaksa mengurangi tenaga kerjanya dalam usahanya untuk bertahan. Akibatnya, pegawai kurang kepercayaannya terhadap organisasi yang menyebabkan turunnya loyalitas kerja. Menurunnya loyalitas kerja menyebabkan turunnya produktivitas kerja, yang menyebabkan pada akhirnya mengakibatkan organisasi sulit bersaing.
Tidak Efektif Lagi
Untuk mengatasi hal ini, sudah menjadi tugas seorang pimpinan untuk memutuskan lingkaran setan tadi, yakni dengan mengembalikan kepercayaan bawahan dan mempersatukan mereka. Pemimpin yang baik harus berpedoman pada pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” atau bersemboyan “Bhineka Tunggal Ika,” untuk membentuk satu tim yang kuat dalam usahanya melawan keadaan yang tidak menentu di luar organisasi.
Hal utama untuk membangun kerja sama yang baik ialah menanamkan rasa saling percaya dari kedua pihak. Mengubah pandangan negatif pimpinan terhadap bawahan, dan juga pandangan negatif bawahan terhadap organisasi atau pimpinannya.
Banyak pemimpin yang masih menggunakan sistem transaksi dalam hubungannya dengan bawahan, dimana pimpinan memberikan imbalan untuk bawahan yang melaksanakan tugas yang diberikan. Sistem hubungan seperti ini sudah tidak efektif lagi. Sistem transaksi adalah sistem satu arah, di mana segala keputusan dibuat oleh pimpinan. dan tugas bawahan hanya melaksanakan tugas saja. Akibatnya, bawahan sulit untuk ikut bergairah mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi kepentingannya. Sistem lain yang lebih efektif, sistem hubungan transformasi, sistem dua arah, dimana pimpinan membicarakan gagasan yang ada, membuka diri dan mau menerima saran dari bawahan, menjadikan gagasan itu keputusan bersama, membantu mengembangkan potensi bawahan ke tingkat maksimum, dan menaruh kepercayaan dan mereka mampu mengatur tugas mereka sendiri dalam usahanya mencapai gagasan bersama.
Bawahan seperti pemimpin, ingin dipandang, mereka juga mampu mengatur diri sendiri dalam melaksanakan tugas dan merasa ingin berarti bagi organisasi. Bawahan juga ingin gagasannya didengear oleh pimpinan, ingin merasa punya andil dalam suksesnya perusahaan. Dan ini akan berhasil kalau bawahan diberikan hak untuk ikut bersuara, ikut andil dalam pengambilan keputusan.
Ini tidak berarti keputusan diambil dari bawahan, tapi bisa juga keputusan yang disetujui bawahan. Tugas pemimpin dalam sistem transformasi ialah memimpin bawahan untuk memimpin dirinya sendiri dan membantu bawahan mengembangkan potensinya.
Hal utama yang menentukan berhasilnya, hubungan pimpinan dan bawahan ialah komunikasi yang baikdari kedua belah pihak. Jika ini dilaksanakan, maka akan terbentuk satu tim yang tangguh, tim yang siap menhadapi segala kemungkinan yang bakal mengancam kelompoknya.
Contoh seorang manager yang berhasil ialah almarhum Sam Walton, pendiri toko serba ada Wal-Mart, yang dalam waktu 30 tahun mampu mengembangkan Wal-Mart menjadi lebih dari 1.700 toko serba ada di Amerika Serikat. Perkembangan Wal-Mart yang seperti jamur di musim hujan in adalah merupakan hasil nyata dari jerih payah Sam Walton dalam merangkul “rekan kerjanya”, panggilan Sam terhadap pegawainya.
Konsep yang ditanamkan Sam Walton untuk pegawainya, mendorong mereka untuk menjadi pimpinan di bidangnya masing-masing. Mereka didorong untuk kreatif, berani mengambil inisiatif untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Sam memberikan kebebasan kepada pegawainya untuk mengambil keputusan sendiri, mencoba ide-ide baru asal tidak bertentangan dengan tujuan Wal-Mart, yakni memuaskan langganan dan menjual produknya semurah mungkin.
Manajer di setiap departemen diharapkan menganggap dan mengatur toko yang dia pimpin seperti miliknya sendiri. Mereka mendapat dukungan dan informasi yang mereka perlukan, dari laporan untung rugi perusahaan sampai inventarisasi.
Selain itu hampir semuanya akan kerja ikut andil dalam saham perusahaan, dari sopir truk sampai ke CEO perusahaan. Inilah yang menyebabkan suksesnyaWal-Mart.
Prinsip yang ia tanamkan pada semua pegawainya untuk menjadi pemimpin dibidangnya masing-masing mampu membawa Wal-Mart menjadi toko serba ada terbesar di Amerika Serikat. Sam Walton tahu dan percaya akan potensi “rekan kerjanya” dan memberi kebebasan untuk melakukan tugasnya.
Selain itu, ikut andil dalam saham perusahaan menyebabkan bawahan ikut memiliki perusahaan perusahaan, yang menyebabkan mereka termotivasi untuk bekerja keras demi suksesnya perusahaan mereka.
Kepercayaan, seseorang dapat menjadi pemimpin karena dia sudah ditakdirkan punya karisma, atau sudah ditakdirkan untuk menjadi pimpinan adalah hal yang perlu diubah. Semua orang mampu menjadi pemimpin.
Tugas manager sebagai pemimpin yang baik ialah berani mengambil gagasan untuk mengubah keadaan menuju ke arah yang lebih baik, mengkomunikasikan ke kelompoknya, membantu membangkitkan kemampuan maksimal kelompoknya, dan mempercayai bahwa mereka dapat menjadi pemimpin di bidang mereka masing-masing.
Oleh Haryanto Amanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar